Dykuza Dalam Tulisan

Gara-gara Kalian


IMG_20151030_090927

Semua ini gara-gara kalian, iya kalian. Gara-gara kalian aku masih terkungkung disini hingga detik ini.

Sudah begitu jauh perjalanan ini kutempuh. Bukan tanpa keringat. Bukan tanpa pengorbanan. Bukan tanpa darah. Bukan tanpa nestapa.

Gara-gara kalian aku memilih jalan ini, iya kalian. Kalian secara tidak langsung menyerukan kepadaku atas apa yang aku jalani saat ini. Aku pada akhirnya tahu bahwa ini bukanlah pilihanku semata kan? Kalian ikut serta didalamnya.

Semua memang gara-gara kalian. Jalan ini bukanlah jalan yang tanpa rintangan dan hambatan. Tetapi, lagi-lagi gara-gara kalian aku harus berani melewatinya.

Bukankah aku pernah bilang jika aku akan berhenti di kilometer ini kepada kalian? Tapi kenapa kalian masih memberikan harapan yang jauh lebih terang di depan sana untukku? Kenapa?

Sudah banyak kisah yang aku torehkan bersama kalian. Banyak pengalaman berharga yang bisa aku dapatkan selama berada dalam perjalanan bersama kalian. Terkadang terselip haru dalam tawa. Iya, karena aku merasa aku tidak seperti kalian. Aku berbeda.

Hingga pada akhirnya aku percaya bahwa selalu ada hikmah yang bisa aku petik dalam kisah ini. Tentang perjuangan. Tentang kebersamaan. Tentang tolong-menolong. Tentang perlakuan orang lain terhadap diri kita yang terkadang lebih tajam dari sebilah pisau. Tajam menghujam di sebuah kedalaman. Hingga aku mengerti bahwa semua adalah tentang bagaimana kita memberi makna akan hal-hal yang terjadi dalam kisah ini.

Kini aku tersadar, bahwa gara-gara kalian aku bisa bertahan sampai detik ini. Iya, gara-gara kalian. Gara-gara kalian, aku belajar bagaimana memberikan yang terbaik. Gara-gara kalian aku tahu bagaimana rasanya bertahan di tengah kerumunan manusia yang entah aku pun tak tahu apa mau mereka.

Aku banyak belajar bersamakan kalian. Bahwa kita hidup bersama. Tidak sendiri. Biarkan mereka memperlakukan kita sesuai mau mereka. Bukankah itu hak mereka? Namun semoga mereka pun tersadar bahwa mereka juga akan memperoleh sesuai apa yang mereka lakukan. Jika tidak sekarang, bisa jadi esok atau lusa. Yang jelas, itu bukan ranah kita.

Gara-gara kalian aku tahu bahwa yang kita perlu adalah melakukan yang terbaik semampu kita. Tak peduli bagaimanapun pengejawantahan mereka atas apa yang telah kita lakukan bersama untuk mereka.

Gara-gara kalian, aku tahu bahwa masing-masing kita memiliki kekuatan dan kelebihan serta kekurangan. Kita hanya belajar untuk menyatukan berbagai macam kekuatan itu. Hingga aku pun tahu bahwa dengan begitu akan menjadikan kita menjadi kekuatan yang benar-benar saling menguatkan satu sama lain. Iya, kita kuat karena kita saling menguatkan. Bukan karena ingin nampak kuat dalam kesendirian. Nyatanya kuat itu tidak akan pernah bisa berdiri tegak sendirian kan? Harus ada yang bersedia menyokong.

Pun jika ada yang kurang dari kita, tugas kita adalah saling mengisi kekurangan itu. Saling melengkapi. Bukan saling menjatuhkan.

Kini aku tahu bahwa gara-gara kalianlah aku mampu menjadi diriku yang sekarang. Kalian berhasil meyakinkanku bahwa selalu ada Allah SWT. Biarkan saja manusia mungkin tidak melihat jerit payah dan kerja keras kita. Namun Allah SWT tidak pernah tidur. Biarkan saja kerja-kerja itu dilihat oleh-Nya. Itu sudah lebih dari cukup bukan?

Gara-gara kalian aku bisa semakin kuat dalam geliat kelemahanku. Semakin tangguh dibalik kerapuhanku.

Gara-gara kalian aku tahu bahwa ternyata ada banyak orang yang berusaha mencintaiku, termasuk kalian. Walaupun lebih banyak terwujud dalam diam. Iya, cinta dalam diam yang terkadang aku pun tak mampu melihatnya, hanya mampu merasakannya. Cinta yang kemudian menjelma menjadi sebuah kata kerja yang terwujud dalam laku yang nyata. Cinta yang menyejukkan. Sesejuk embun di pagi hari. Bersahaja.

Semua gara-gara kalian. Iya, kalian. Aku bersyukur karena Allah menghadirkan kalian dalam episode kehidupanku. Menemaniku memainkan peran ini. Memaknai hidup ini dengan indah. Menerima hidup ini dengan penerimaan yang tiada berbatas.

Aku ingin kalian tahu, bahwa pada akhirnya aku tidak pernah menyesal memilih keputusan ini. Inilah jalan cahaya yang harus aku lalui. Terimakasih atas warna-warna yang kalian hadirkan dalam perjalanan ini. Sungguh, perpaduan warna yang indah.

Bandung, 4 November 2015

Dykuza Dalam Tulisan

Ikutan Giveaway Pantang Padam


Pantang Padam_@dykuza

Beberapa quotes favoritku dalam buku Pantang Padam :

 

  1. Saat itu seolah terlupa dengan semua kepercayaan diri yang pernah terkumpul, terlupa dengan kelebihan yang diberikan, terlupa dengan mimpi-mimpi dan rasa optimis.(halaman 40)
  2. Tapi sayangnya, manusia memang terkadang terlalu riweuh pada satu kekurangan sehingga terlupa pada seribu kelebihan yang diberikan.(halaman 83)
  3. β€œβ€¦ Ia membuat pilihan untuk menaruh sebuah senyum di wajahnya dan berfokus pada apa yang bisa ia lakukan, bukan pada apa yang tidak bisa ia lakukan.”(halaman 99)

 

Hmm…, sebenarnya banyak part yang aku sukai di buku mba Yulia. Tapi quotes di tiga halaman di atas adalah beberapa yang paling aku sukai. Lalu kenapa aku menyukai tiga quotes tersebut? Ini alasanku πŸ˜€

 

Ini tentang kekurangan vs kelebihan. Menjadi seorang skolioser merupakan salah satu kekurangan kah? Bisa iya bisa tidak menurutku, tinggal bagaimana kita menyikapinya πŸ™‚ Kalau aku sih, mencoba untuk keep positive thinking and positive feeling, menjadi skolioser adalah kelebihan, ini salah satu nikmat dari Allah. Walaupun dulu aku sangat tidak pede dengan bentuk tubuhku yang β€˜lain daripada yang lain ini’, namun seiring berjalannya waktu aku belajar untuk menerimanya dengan penerimaan yang seluas-luasnya πŸ˜€ Bukankah kita ini diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya oleh Allah SWT yah? (QS. At-Tin : 4)

 

Kita hidup bersama kekurangan dan kelebihan. Sesuai quotes pertama dankedua di atas, kebanyakan dari kita terlalu fokus, terlalu riweuh pada kekurangan yang kita miliki, lupa kalau kita juga dikaruniai kelebihan yang sempurna.

 

β€œβ€¦ dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Israa’ ayat 70)

 

β€œEngkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas.” (Ali bin Abi Thalib)

 

Jadi, masihkah kita berfokus saja pada kekurangan kita? Yuk mindsetnya diubah dulu. Balikkan kekurangan menjadi kelebihan kita. Bahkan dalam sebuah twit disebutkan bahwa ketika kita bisa mengakui kekurangan kita, itu merupakan suatu kelebihan bagi kita. So, sekarang fokus saja pada kelebihan yang kita miliki, yang penting jangan berlebihan sehingga menjadikan kita sombong. πŸ™‚

 

Lalu disempurnakan lagi dengan quote terakhir, fokus pada apa yang bisa kita lakukan, bukan pada apa yang tidak bisa kita lakukan. Walaupun kita skolioser, masih banyak hal positif yang bisa kita lakukan untuk orang lain. Bahkan hanya dengan memberikan senyuman kepada saudara kita saja sudah dinilai sedekah kan yah? Sekarang siapa yang gak bisa senyum hayou? hehehe πŸ™‚ Jadi, yuk kita lakukan hal-hal bermanfaat yang bisa kita lakukan mulai sekarang juga.

 

Satu kelemahan, satu skoliosis, bukan menjadi batas kita untuk memberikan secercah semangat kepada orang lain. Tetap bermanfaat, apapun kondisi kita. Selagi kita bisa melakukannya, bisa menebar manfaat, kenapa tidak dilakukan sekarang juga? Karena di dalam diri kita masih tersimpan kekuatan yang tak terbatas. Iya bukan?

 

Selamat melanjutkan mimpi-mimpi besar kita dengan penuh optimisme. Walaupun kita skolioser, kita boleh kok bermimpi yang besar. Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, karena sungguh Tuhan Maha Mendengar.

 

Terimakasih mba Yulia untuk bukunya yang penuh inspirasi didalamnya. Salam sukses dunia akhirat!!! πŸ˜‰

 

Semangat skolioser!!! πŸ™‚ πŸ˜‰ πŸ˜€

 

Maaf ya mba kalau panjang..hihi

πŸ˜‰

 

#Ruang Kreatif | 13 April 2014 | 10:03 PM

Kata Mutiara

Hanya Allah SWT…


Semakin dekat dan semakin bernilai seorang bagi kita,
akan semakin besar pelukaan pada hati ini jika dia menyakiti kita.

Ingatlah,

Hanya orang yang kita percayai
yang bisa mengkhianati kita.

Maka dekatlah, percayailah,
atau kasihanilah orang lain dengan cara
yang masih memelihara
kemandirian Anda sebagai pribadi yang damai dan kuat.

Hanya Tuhan-lah
yang tidak akan pernah mngecewakan kita.

(Mario Teguh)